Sabtu, 14 Mei 2011

PENGARUH KEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN REMAJA

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada saat ini kita ketahui, masalah yang sering terjadi pada perkembangan intelektual dan emosional remaja adalah ketidak seimbangan antara keduanya. Kemampuan intelektual mereka telah dirangsang sejak awal melalui berbagai macam sarana dan prasarana yang disiapkan di rumah dan di sekolah dengan berbagai media. Mereka telah dibanjiri berbagai informasi, pengertian- pengertian, serta konsep- konsep pengetahuan melalui media massa (televisi, video, radio, dan film) yang semuanya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat sekarang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat dan semakin modern mempengaruhi dunia pendidikan yang cenderung mengutamakan aspek kognitif (kecerdasan intelektual), sementara nilai-nilai afektif keimanan, ketakwaan, mengelola emosi dan akhlak mulia sebagaimana ditegaskan dalam tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, kurang banyak dikaji dalam dunia pendidikan.
Sebenarnya sejak dulu teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Seseorang menggunakan teknologi karena manusia berakal. Perkembangan teknologi terjadi karena seseorang menggunakan akalnya dan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Di satu sisi, perkembangan dunia IPTEK yang demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia khususnya di kalangan remaja. Jenis- jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin- mesin otomatis. Demikian juga ditemukannya formulasi- formulasi baru kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktifitas manusia. Jadi, kemajuan IPTEK yang telah kita capai sekarang benar- benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Sumbangan IPTEK terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun, manusia tidak bisa pula menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa IPTEK mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia.

1.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu IPTEK ( Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ) ?
2. Bagaimanakah perkembangan remaja ?
3. Bagaimana pengaruh IPTEK terhadap kehidupan remaja dan dampak yang ditimbulkan IPTEK terhadap remaja ?
4. Bagaimana cara mengatasi pengaruh kemajuan komunikasi terhadap remaja?

1.3. Tujuan penulisan :
1. Untuk mengetahui makna dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
2. Untuk mengetahui perkembangan remaja.
3. Untuk mengetahui pengaruh IPTEK terhadap kehidupan remaja dan dampak yang ditimbulkan dari IPTEK terhadap remaja.
4. Untuk mengetahui cara mengatasi pengaruh kemajuan komunikasi terhadap remaja.

1.4. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang di lakukan adalah sebagai berikut :
1. Dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi para pelajar.
2. Dapat menambah khasanah pengetahuan para pelajar tentang pengaruh IPTEK terhadap remaja.
3. Sebagai bahan referensi bagi penulis selanjutnya.











BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistimatisasi, dan diinterprestasi sehingga menghasilkan kebenaran objektif, sudah diuji kebenarannya dan dapat di uji ulang secara ilmiah. Sedangkan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan panca indra, instuisi, dan firasat. Secara etimologi: Ilmu berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai cirri kejelasan.
Teknologi adalah salah satu unsur budaya sebagai hasil penererapan praktis dari ilmu pengetahuan atau Teknologi adalah aplikasi dari prinsip-prinsip keilmuan sehingga menghasilkan sesuatu yang berarti bagi kehidupan manusia.
IPTEK adalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat di zaman modern ini. IPTEK sangatlah berguna bagi seluruh makhluk hidup, sebab IPTEK dapat mempermudah suatu permasalahan yang rumit. Fungsi IPTEK dalam lingkungan sangat menunjang sekali. Salah satu dari perkembangan IPTEK untuk lingkungan yaitu, rekayasa genetika, kultur jaringan, bayi tabung, pupuk buatan, teknologi dan lain sebagainya. IPTEK dalam lingkungan ini sudah berkembang luas ke pelosok negeri. Namun untuk daerah terpencil sulit di kunjungi. Seharusnya pemerintah menyalurkan dana kedaerah pedesaan supaya masyarakat pedesaan mendapatkan IPTEK.
IPTEK mendukung program pendidikan, dimana setiap murid supaya berpacu untuk menghasilkan karya-karya yang berguna bagi semua makhluk di bumi ini. Pemerintah pusatpun seharusnya menunjang hal seperti itu. Pekembangan IPTEK sangat mengejutkan karena telah bermunculan teknologi robot, yang dapat membantu manusia.
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi- inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini. Namun, walaupun pada awalnya diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif.
Bagi masyarakat sekarang IPTEK sudah merupakan suatu religion. Pengembangan iptek dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Sementara itu, bahkan orang memuja IPTEK sebagai liberator yang akan membebaskan mereka dari keterpurukan dunia. IPTEK diyakini akan memberi umat manusia kesehatan, kebahagiaan dan imortalitas. Sumbangan IPTEK terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula menipu diri akan kenyataan bahwa IPTEK mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia.
2.2. Perkembangan remaja
Remaja dalam bahasa Latin adalah adolescence, yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Istilah adolescence sesungguhnya mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental,emosional, social, dan fisik (Hurlock, 1991). Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang mangatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas.
Masa remaja adalah waktu meningkatnya perbedaan di antara anak muda mayoritas, yang diarahkan untuk mengisi masa dewasa dan menjadikannya produktif, dan minoritas yang akan berhadapan dengan masalah besar. Masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat di bagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 atau 13 tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun adalah masa remaja awal dan usia 17 atau 18 sampai dengan 21 atau 22 tahun adalah masa remaja akhir.
Remaja sebenarnya tidak memiliki tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja berada di antara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun fase remaja merupakan fase perkembangan yang berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik (Monks dkk; 1989).
Dari seluruh definisi remaja yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja termasuk dalam kategori usia 12 tahun sampai 22 tahun, berada pada masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mengalami fase perkembangan menuju kematangan secara mental, emosi, fisik, dan sosial.
Orang yang dalam proses mencari identitas adalah orang yang ingin menentukan siapa dan bagaimana dia pada saat sekarang ini dan siapa atau apakah yang dia inginkan pada masa mendatang.
Jika ungkapan tersebut muncul pada diri seseorang baru pada saat itu manusia memperoleh suatu pandangan jelas tentang diri, tidak meragukan tentang identitas batinnya sendiri serta mengenal peraya dalam masyarakat, tetapi ini baru mungkin apabila ia sadar akan kelemahan dan kelebihan yang dia miliki seperti kesukaannya dan ketidak sukaannya, aspirasinya, tujuan masa depan yang di antisipasi dan perasaan bahwa dia dapat dan harus mengatur orientasi hidupnya sendiri.
Pemuda sebagai Embrio Regenerasi suatu bangsa memiliki masa adelonsia dimana pemuda untuk pertama kali secara diminitif harus menentukan siapakah dan apakah dia ketika itu dan ingin menjadi siapa dan apa dia di masa depan, (Masa Adelonsia yang sangat kental terhadap "Krisis Identitas").
Identitas memiliki identifikasi sebagai suatu kesadaran yang dipertajam dan sebagai suatu kesatuan unik yang menjaga kesinambungan arti penjelasan di masa lampau bagi dirinya sendiri dengan orang lain.
Menurut De Levita Aspek-aspek Identifikasi Identitas adalah :
Sebagaimana telah dikatakan, tahap yang menentukan pembentukan identitas adalah masa adolesensi yang di mulai pada umur 13 atau 14 tahun. Dalam masa remaja ini muncullah suatu "krisis identitas", yang berakhir entah dengan membawa suatu pembentukan identitas "Ego" yang mantap atau menghasilkan "rasa kehilangan diri" yang agak patologis. Erikson menyebut tahap ini suatu "krisis identitas", karena di sini kegagalan sementara berfungsi untuk menetapkan suatu identitas stabil. Bahaya kebingungan peran sosial harus diatasi, sehingga akhirnya dapat terjadi suatu perubahan perspektif radikal. Dalam krisis ini segala mekanisme psikososial dari identitas berlawanan, sehingga terjadi kekacauan peran yang menjadi bahaya khas periode ini dan menjadi masalah pokok yang dihadapi pemuda. Krisis yang paling berat dan paling berbahaya, karena penyelesaian yang gagal atau berhasil dari krisis identitas itu mempunyai akibat jauh untuk seluruh masa depan dari Ego dewasa, bahkan dari generasi-generasi anak yang berikut. Baru sesudah masa adolesensi yang harus memantapkan suatu identitas kuat, kita dapat berbicara tentang suatu Ego dewasa yang matang. Tanpa penetapan suatu identitas yang terintegrasi baik (tentu sebagai suatu kompromi yang relatif bebas konflik) manusia selama masa dewasanya akan mengalami kesulitan terus-menerus dan tetap akan dibebani dengan berbagai macam konflik yang mengacaukan dan membingungkan.
Erikson menguraikan masa adolesensi sebagai "periode lingkaran hidup di mana setiap pemuda harus menciptakan untuk dirinya sendiri suatu perspektif dan orientasi sentral, suatu kesatuan psikososial yang berfungsi baik dengan mengolah pengaruh sisa-sisa masa kanak-kanaknya dan harapan-harapan masa dewasa yang diantisipasinya ; dia harus menemukan suatu kesamaan yang berarti antara apa yang dapat dia lihat dalam dirinya sendiri dan bagaimana menurut kesadarannya yang lebih tajam orang lain menilainya dan mengharapkan dari padanya (young man Luther, halaman 12). Adolesensi merupakan tahap terakhir dari tahap masa kanak-kanak namun proses adolensensi itu baru betul-betul berakhir apabila individu menempatkan segala identifikasi yang baru, yang tercapai dalam kebersamaan yang amat mengasyikkan serta dalam masa belajar suatu keahlian yang berciri bersaing bersama dengan dan di tengah-tengah teman-teman sebaya. Maka periode adolesensi adalah masa di mana individu sangat terlibat dalam proses menentukan diri (yang sering diiringi dengan rasa takut dan ketegangan yang meningkat), di mana segala sasaran pribadi, tujuan sosial dan cita-cita antar pribadi harus diuji kembali dan diubah. Makna dari periode adolesensi ini terdapat dalam pergumulan keras untuk merebut identitasnya sendiri, yang sebenarnya tidak lain daripada usaha menyiapkan diri untuk kehidupan sebagai orang dewasa di mana si remaja harus mencari tempatnya sendiri yang dapat diakui oleh seluruh masyarakat. Benar bahwa krisis adolesensi merupakan peralihan yang amat sukar dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Sesudah orang berhasil dengan mudah untuk mensintesiskan segala pengalaman dan reaksi dari setiap tahap masa kanak terdahulu, maka dia harus meninggalkan masa kanak-kanak itu dan memilih satu tempat dalam dunai orang dewasa. Hal ini mengandaikan suatu kepekaan khusus pada perubahan sosial dan historis. Periode yang sulit dapat dicirikan sebagai berikut :
"Itulah periode kemurungan serta perasaan halus; periode dari pikiran gelisah dan badan lesu; masa rasa berambisi serta keinginan kuat untuk menjelajah dan mengenal segala kemungkinan, namun juga masa untuk bermuram terus-menerus dan berkeliaran; masa kebimbangan tak terduga antara keduniawian yang berlebihan dan kenaifan luas biasa; masa antara usaha menjadi lebih dewasa daripada orang dewasa sendiri lalu menjadi lebih bersifat kekanak-kanakan daripada anak-anak. Dan terutama, periode adolesensi ini adalah masa krisis penuh ketidak pastian apabila pemuda harus melibatkan diri (biasanya sesudah sekian banyak mengalami kegelisahan pada mulanya) dalam satu penentuan diri yang akan diakui oleh diri sendiri dan orang lain (L.W. Pye, dalam Psychoanalysis and History, halaman 158).
Apabila krisis identitas dilalui secara normal, timbul suatu identitas yang terintegrasi, koheren, dan jelas. Tentu identitas ini yang kebanyakan menjadi bagian terbesarnya positif, meskipun disertai pula oleh sisi gelapnya yakni "identitas negatif". Bagaimanapun kebingungan identitas ini mengakibatkan suasana ketakutan, ketidak pastian, ketegangan, isolasi, dan ketaksanggupan mengambil keputusan. "keadaan ini dapat menyebabkan si pemuda merasa terisolasi, kosong, cemas dan bimbang. Pemuda merasa bahwa dia harus mengambil keputusan penting, namun dia tidak sanggup berbuat demikian. adolesen dapat merasa bahwa masyarakat memaksa dia untuk mengambil keputusan, maka dia menjadi lebih bersifat menentang lagi. Para adolesen ini sangat prihatin pada masalah bagaimana orang-orang lain melihat mereka, dan mereka cenderung memamerkan keyakinan diri yang cukup tinggi dan memperlihatkan keadaan-keadaan maju pemunduran yang sewaktu-waktu terjadi ke arah keadaan infantil ternyata menjadi suatu alternatif yang baik bagi keterlibatan ruwet yang diharuskan darinya dalam satu masyarakat dewasa. Tingkah laku si remaja amat tidak konsisten dan tidak dapat diramalkan selama dalam keadaan kacau-balau itu. Pada suatu ketika dia merasa berat untuk melibatkan diri dalam pergaulan dengan satu orang pun karena dia merasa takut ditolak, dikecewakan, atau disesatkan. Tetapi pada saat lain, dia ingin menjadi seorang pengikut, pencinta, atau murid bagaimanapun akibat-akibat dari keterlibatan semacam itu" (C.S. Hall/G. Lindzey, Theories of Personality, halaman 96).
Tempat kritis khas dari masa adolesensi dalam keseluruhan lingkaran hidup ditunjukkan secara tepat oleh istilah "moratorium psikososial". Setiap masyarakat mengizinkan suatu periode "kosong" antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang resmi pada para adolesensinya :
"Suatu jangka waktu yang sesudahnya mereka bukan lagi anak-anak, tetapi sebelum perbuatan dan pekerjaan mereka dihitung sebagai sesuatu yang mengantar kepada identitas masa depannya" (Young Man Luther, halaman 43).
Jadi bahaya pada Fase Adelonsia yakni "Krisis Identitas" meliputi:
1. Kesadaran identitas atau kepastian diri ekstrem, yang dialami pemuda yang masih meraba-raba dan berusaha menemukan diri yang mantap, supaya dia dapat mengimbangi dan menyembunyikan ketakpasitan diri yang amat mendalam. Hal itu menjadi nyata dalam sifat malu-malu atau justru dalam sifat tak tahu malu pada pemuda.
2. Identitas negatif merupakan suatu ringkasan yang memuat semua hal yang termasuk kelompok identifikasi negatif atau segala hal yang anda tidak ingin menyerupai. Identitas negatif ini terdiri dari, misalnya, badan yang diperkosa atau dikebiri, kelompok etnis yang ditolak, minoritas yang diperas, dan sebagainya.
3. Kekacauan perspektif waktu yang disebabkan oleh kehilangan fungsi Ego, yang membeda-bedakan berbagai perspektif waktu dan memungkinkan harapan masa depan.
4. Pelumpuhan kerja atau gangguan kesanggupan berprestasi yang nampak entah dalam ketaksanggupan total untuk memusatkan perhatian pada kerja apa pun saja, atau dalam keasyikan melulu dengan hal yang selalu sama.
5. Kebingungan identitas dan kekacauan peran seperti yang telah saya bicarakan/singgung tadi.
6. Kebingungan biseksual yang merupakan ketakpasitan yang sangat mendalam dari pemuda yang tidak merasa diri jelas termasuk dalam kelompok jenis kelamin tertentu. Kebingungan seksualitas ganda ini gampang membawa pemuda kepada homoseksualitas atau juga penolakan keras terhadap segala seksualitas.
7. Kebingungan kewibawaan yang merupakan rasa tak sanggup untuk menaati atau memberi perintah begitu saja. Setiap situasi persaingan atau struktur hierarkis dalam hal kekuasaan atau kewibawaan menyebabkan orang itu menjadi panik.
8. Kekacauan ideologis yang akan terjadi pada seorang pemuda yang tidak dapat memilih dengan tegas suatu ideologi atau agama tertentu.
Dari Analisis Tersebut, Perlulah kiranya memahami psikologi remaja yang sangat rentan terhadap "krisis identitas" guna menanggulangi kenakalan remaja, bisa jadi kondisi saat ini dimana kenakalan remaja saat diatasi disebabkan kita kurang memahami perkembangan psikologi pada remaja.
2.3. Pengaruh IPTEK terhadap remaja dan dampak yang diimbulkan.
Kemajuan teknologi saat ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat utamanya remaja. Berbagai informasi yang terjadi di berbagai belahan dunia kini telah dapat langsung kita ketahui berkat kemajuan teknologi (globalisasi). Kalau dahulu kita mengenal kata pepatah “dunia tak selebar daun kelor”, sekarang pepatah itu selayaknya berganti; dunia saat ini selebar daun kelor, karena cepatnya akses informasi di berbagai belahan dunia membuat dunia ini seolah semakin sempit dikarenakan kita dapat melihat apa yang terjadi di Amerika misalnya, meskipun kita berada di Indonesia.
Tentu kemajuan teknologi ini menyebabkan perubahan yang begitu besar pada kehidupan umat manusia dengan segala peradaban dan kebudayaannya. Perubahan ini juga memberikan dampak yang begitu besar terhadap transformasi nilai-nilai yang ada di masyarakat. Khususnya masyarakat dengan budaya dan adat ketimuran seperti Indonesia. Saat ini, di Indonesia dapat kita saksikan begitu besar pengaruh kemajuan teknologi terhadap nilai-nilai kebudayaan yang di anut masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun pedesaan (modernisasi). Kemajuan teknologi seperti televisi, telepon dan telepon genggam (HP), bahkan internet bukan hanya melanda masyarakat kota, namun juga telah dapat dinikmati oleh masyarakat di pelosok-pelosok desa. Akibatnya, segala informasi baik yang bernilai positif maupun negatif, dapat dengan mudah di akses oleh masyarakat. Dan di akui atau tidak, perlahan-lahan mulai mengubah pola hidup dan pola pemikiran masyarakat khususnya masyarakat pedesaan dengan segala image yang menjadi ciri khas mereka.

pengaruh kemajuan teknologi (modernisasi) yang melanda belahan dunia saat ini terutama di kalangan remaja. Banyaknya penduduk Indonesia yang tinggal di luar negeri termasuk salah satu dari sekian banyak faktor yang mendukung pesatnya kemajuan teknologi.

mengingat begitu cepatnya kemajuan akses informasi saat ini menyebabkan kebutuhan internet adalah niscaya bagi masyarakat terutama kaum remaja, agar mereka menjadi masyarakat yang tidak ketinggalan informasi. Meskipun hadirnya akses internet cepat (Speedy) di pulau Bawean harus kita syukuri, bukan berarti kita tidak perlu waspada dengan segala dampak yang akan timbul dari masuknya internet ke pulau Bawean tersebut. Karena seperti kata pepatah, tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan adanya akses internet ini, tentu dia membawa dampak yang positif dan juga negatif terhadap kehidupan masyarakat di pulau Bawean, terutama kaum remaja yang nota bene selalu tertarik untuk mencoba hal-hal baru, sedang dari segi psikologis, kondisi kejiwaan mereka merupakan usia yang paling rawan terhadap pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Pertanyaannya sekarang adalah, siapkah masyarakat Bawean dengan adanya kemajuan teknologi yang tak terbendung ini?
Saat ini dapat kita lihat betapa kemajuan teknologi telah mempengaruhi gaya hidup dan pola pikir terutama di kalangan remaja. Saya lebih menekankan dampak teknologi pada kehidupan remaja dengan alasan merekalah yang lebih dekat dan lebih banyak berinteraksi dengan teknologi seperti televisi, HP, ataupun internet. Dan juga secara pengaruh, merekalah yang paling rentan terkena pengaruh/dampak negatif dari teknologi tersebut. Kalo dulu kita lihat para siswa bersekolah dengan hanya membawa buku-buku pelajaran ataupun alat tulis, kini dapat kita saksikan para siswa berangkat sekolah dengan HP sebagai bawaan wajib mereka. Entah sebetulnya mereka benar-benar membutuhkan HP tersebut sebagai alat komunikasi atau tidak, yang jelas bagi remaja sekarang, HP merupakan sarana gaul yang mutlak mereka miliki. Semakin bagus HP yang mereka punya, semakin merasa gaul dan percaya dirilah mereka (walaupun mungkin mereka tidak tahu bagaimana cara menggunakan fitur-fitur canggih yang mereka punya di HP mereka).
Dari mana para remaja itu memperoleh HP tersebut? Dapat di pastikan, mereka memperolehnya dari orang tua mereka masing-masing. Dan umumnya, para orang tua itu merasa bangga bisa memenuhi segala kebutuhan dan permintaan anaknya tanpa mereka memperhatikan dampak yang akan timbul dari apa yang mereka para orang tua berikan pada anak. Itulah ungkapan kasih sayang orang tua yang mungkin cara penyampaiannya kurang tepat. Dengan memberi anak mereka HP keluaran terbaru, misalnya, mereka merasa telah berhasil sebagai orang tua, tanpa mereka pertimbangkan, akan di gunakan untuk apa HP tersebut oleh anak-anak mereka? Memberikan alat komunikasi seperti HP kepada anak, sesungguhnya bukan hal yang salah, karena dengan HP tersebut, mungkin orang tua berharap komunikasi dengan sang anak lebih mudah dan lancar, akan tetapi, hal tersebut menjadi boomerang ketika ternyata HP tersebut disalah gunakan oleh anak untuk hal-hal yang negatif seperti menyimpan foto-foto ataupun video porno dan juga di gunakan sebagai alat yang memperlancar komunikasi dengan lawan jenis untuk hal-hal yang kurang bermanfaat seperti pacaran, sehingga dengan HP tersebut berdampak negatif pada anak seperti terjadinya pergaulan bebas, seks di luar nikah dan menurunnya prestasi belajar bahkan juga bisa terjadi anak mengambil uang ataupun barang berharga milik orang tuanya tanpa izin hanya untuk membeli pulsa. Karena itu, orang tua hendaknya benar-benar mempertimbangkan matang-matang segala dampak yang akan timbul sebelum memutuskan untuk memberikan HP ataupun benda-benda lain yang sekiranya berdampak negatif terhadap perkembangan anaknya.

Ketika memutuskan untuk memberikan HP kepada anak, alangkah baiknya orang tua juga mengawasi dan mengarahkan anak agar anak tidak lepas kontrol dalam menggunakan HP. Tidak ada salahnya sewaktu-waktu kita memeriksa HP anak untuk mengetahui isi yang ada di dalamnya dengan meminta ijin anak terlebih dahulu. Karena dengan meminta ijin, anak akan merasa dihargai dan itu memberikan pengaruh yang besar terhadap pribadinya dan juga membentuk kesan positif dalam diri mereka tentang pribadi kita sebagai orang tua. Ketika kita dapati mungkin ada video porno di HP anak, jangan langsung bersikap menghakimi dan menghukum layaknya seorang polisi, akan tetapi alangkah baiknya kita tanyakan kepada anak darimana dia mendapat video itu dan untuk apa dia menyimpannya. Apapun jawaban anak, orang tua tidak boleh bersikap menghakimi dan menyalahkan anak, apalagi memarahi anak dan berlaku ringan tangan. Akan tetapi kita ajak anak berdiskusi/sharing mengenai hal tersebut, apa hal itu bermanfaat dan apa dampaknya bagi anak, dan jangan lupa, ketika berdiskusi, kita juga harus mendengarkan pendapat anak dan memberikan pengarahan yang tepat. Karena apapun alasannya, kekerasan tidak menyelesaikan masalah, sekali kita berlaku kasar apalagi main tangan terhadap anak kita, sesungguhnya kita telah menorehkan luka dihatinya, yang sampai kapanpun luka itu tidak akan pernah sembuh dan akan terus membekas di sanubarinya.

Selain HP, kemajuan teknologi juga di tandai dengan masuknya akses internet, internet saat ini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan remaja. Lewat internet, mereka bisa mengakses segala informasi dari seluruh dunia. Tentu tak semua informasi yang disajikan adalah informasi yang layak di akses oleh remaja. Karena terkadang lewat internet mereka dapat dengan bebas menyaksikan segala hal yang berbau pornografi dan pornoaksi yang memang dapat di akses dengan mudah di dunia maya (internet). Hal ini tentu menimbulkan efek yang kurang baik bagi perkembangan kepribadian remaja. Dari yang semula mereka merasa tabu tentang seks, sampai akhirnya mereka melihat seksualitas yang di obral di internet tanpa pengarahan serta bimbingan yang tepat dan mereka merasa penasaran bahkan mencobanya. Karena itu, tak heran jika saat ini pergaulan remaja menjadi sangat mengkhawatirkan dan meresahkan masyarakat terutama para orang tua.
Televisi, juga merupakan produk modernisasi yang memberikan dampak yang besar terhadap kehidupan dan perubahan nilai-nilai di masyarakat. Khususnya para remaja. Banyak orang meniru gaya hidup dari publik figur yang mereka saksikan lewat televisi. Model baju selebritis terbaru, model potongan rambut terbaru, bahkan juga tak jarang meniru tingkah laku para selebritis yang mereka lihat lewat televisi, tanpa peduli apakah gaya hidup selebritis ataupun publik figur yang mereka tiru dan mereka jadikan sebagai role model itu sesuai dengan kondisi dan situasi dimana mereka tinggal atau tidak. Hal ini juga melanda kalangan remaja, dimana memang pada masa ini adalah masa dimana mereka para remaja mencari sesuatu yang dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja, serta menjadikan role modelnya itu sebagai identitasnya. Tak heran jika kita dapati banyak para remaja di Bawean meniru gaya para selebritis idola mereka, dari mulai gaya rambut, gaya berbusana, bahkan gaya pacaran para artis yang mereka saksikan lewat televisi.
Sebagai orang tua, seharusnya mengerti kondisi kejiwaan anak, terutama anak remaja. Menurut para ahli psikologi masa remaja merupakan masa yang paling rentan dalam perkembangan kejiwaan anak. Pada usia remaja ini, anak telah meninggalkan usia kanak-kanak dimana mereka tidak dapat disebut lagi sebagai anak kecil, tapi juga belum bisa di terima dalam kelompok orang dewasa. Pada masa ini anak telah mulai mencari-cari siapa dirinya sebenarnya (looking for identity/Identity formation), berusaha untuk menemukan kelompok atau teman-teman yang mau mengakui kemampuan dan menghargai dirinya dan telah mulai memiliki minat terhadap lawan jenis (minat seksual). Masa remaja adalah masa pencarian jati diri, dan bisa saja dalam proses pencarian jati diri itu remaja tersebut melalui jalan yang benar atau jalan yang salah. Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah, bagaikan kapal yang kehilangan kompas, dan itu akan berdampak tidak baik terhadap perkembangan kepribadiannya dimasa yang akan datang. Itulah kenapa, masa remaja adalah masa yang paling rawan terhadap pengaruh yang datang dari luar. Baik pengaruh positif ataupun pengaruh negatif, disinilah peran sebagai orang tua di butuhkan untuk dapat membimbing dan mengarahkan anak remaja agar tidak kehilangan kontrol dirinya (self control).
Seyogyanya pula sebagai orang tua, selalu memantau perkembangan anak, dengan tanpa mengekang kreatifitas ataupun dunia anak. Karena anak memiliki dunianya sendiri, dimana mereka tinggal dengan segala imajinasi dan juga teman-teman yang mereka miliki. Tugas orang tua lah mendidik dan mengarahkan agar nanti dunia anak kita tidak hanya menjadi dunia yang dipenuhi dengan kegelapan, tapi juga dunia yang diwarnai dengan keceriaan dan kebahagiaan serta dunia dimana mereka menilai citra dirinya (image of self) secara positif dan memiliki rasa percaya diri (self esteem).
Sekarang ini, akibat produk modernisasi seperti televisi, HP ataupun internet, kita dapat melihat bahwa tak ada bedanya gaya hidup masyarakat kota dengan masyarakat desa. Budaya barat yang dahulu hanya di adaptasi dan di tiru oleh masyarakat kota, dengan adanya kemajuan teknologi juga telah melanda masyarakat di pedesaan. Budaya tolong menolong yang dahulu lekat dengan masyarakat desa, lambat laun berkurang meski tidak hilang sama sekali, berganti dengan budaya individualistik. Budaya santun dan lugu yang juga menjadi ciri khas masyarakat pedesaan perlahan mulai pudar dan berganti dengan budaya urakan yang dengan bangga mereka sebut dengan istilah gaul.
Pada hakikatnya, kemajuan teknologi dan pengaruhnya dalam kehidupan adalah hal yang tak dapat kita hindari. Akan tetapi, kita dapat melakukan tindakan yang bijaksana terhadap diri kita sendiri, keluarga dan juga masyarakat luas agar kemajuan teknologi yang semakin dahsyat ini tidak sampai menggeser jati diri kita sebagai manusia yang memiliki norma dan juga nilai-nilai pekerti yang luhur. Bagaimanapun, sebagai anggota masyarakat, dan terutama sebagai orang tua, kita harus melakukan suatu tindakan representative dan preventif, agar semaksimal mungkin dapat mencegah pengaruh negatif teknologi terhadap anak-anak kita khususnya kaum remaja yang merupakan generasi emas yang akan menjadi penerus perjuangan kita membentuk bangsa yang berakhlak dan berbudaya di masa yang akan datang.
:



BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Iptek ( Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ) adalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat di zaman modern ini. IPTEK sangatlah berguna bagi seluruh makhluk hidup, sebab IPTEK dapat mempermudah suatu permasalahan yang rumit. kemajuan teknologi adalah hal yang membanggakan bagi bangsa kita karena dengan adanya perkembangann zaman yang memajukan teknologi dapat membuat kita mengenal dunia luar dan bahkan dikenal oleh dunia luar bangsa sendiri.

2. Remaja dalam bahasa Latin adalah adolescence, yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Istilah adolescence sesungguhnya mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental,emosional, social, dan fisik. Masa remaja adalah waktu meningkatnya perbedaan di antara anak muda mayoritas, yang diarahkan untuk mengisi masa dewasa dan menjadikannya produktif, dan minoritas yang akan berhadapan dengan masalah besar. Masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
3. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan suatu saat nanti. Perkembangan teknologi memang sangat diperlukan tetapi mempunyai batasan agar tidak terlalu berlebihan sehingga menimbulkan dampak yang lebih negatif. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia teruama remaja. Sehingga memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas. Namun manusia tidak bisa menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa teknologi mendatangkan berbagai dampak negatif bagi remaja. Oleh karena itu, untuk mencegah atau mengurangi akibat negatif kemajuan teknologi, pemerintah di suatu negara harus membuat peraturan- peraturan atau melalui suatu konvensi internasional yang harus dipatuhi oleh pengguna teknologi.

3.2. Saran
Untuk menghilangkan atau mengurangi dampak negatif dari ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang adalah dengan cara memberi pengajaran kepada masyarakat hususnya para pelajar atau penerus bangsa. Namun itu juga bukan hal yang sulit untuk mengembangkan iptek ke tempat hal yang lebih positif yaitu dengan kesadaran dari diri sendiri sebagai generasi penerus dan dengan melestarikan sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan canggih karena dapat menciptakan inovasi- inovasi baru.